Tahukah kamu siapakah nama ketua BPUPKI? Bagi kamu yang belum mengetahui nama ketuanya, silahkan baca artikel ini sampai tuntas. BPUPKI adalah sebuah badan yang dibentuk untuk melakukan persiapan kemerdekaan Indonesia. BPUPKI merupakan singkatan dengan kepanjangan "Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia".
Siapakah Ketua BPUPKI?
Pengurus BPUPKI sebagian besar adalah tokoh Indonesia. Mulai dari ketua, wakil ketua, sekretaris, dan anggota-anggotanya. Ada juga beberapa orang tokoh perwakilan pemerintah Jepang, tetapi kehadirannya hanya sebagai pengamat saja, tanpa memiliki hak suara. Jadi, meskipun dibentuk oleh Jepang, BPUPKI sebenarnya tempat berkumpulnya para tokoh pendiri bangsa.
Lantas, siapakah nama ketua BPUPKI? Nah, pada kesempatan kali ini kami akan menginformasikan nama ketua dari Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Semoga setelah membaca uraian ini, pengetahuan pembaca tentang BPUPKI semakin bertambah.
Baca Juga:
Yuk, berikut ini ulasannya...
Nama Ketua BPUPKI
BPUPKI adalah sebuah badan yang diketuai oleh dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T) Radjiman Wedyodiningrat. Beliau merupakan tokoh nasionalis tua Indonesia yang mengambil peran penting sebagai ketua BPUPKI untuk menyelidiki, mempelajari, dan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
Radjiman Wedyodiningrat berhasil memimpin BPUPKI dengan baik, berkat jasanya tersebut ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 2013 oleh Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono.
Radjiman Wedyodiningrat berhasil memimpin BPUPKI dengan baik, berkat jasanya tersebut ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 2013 oleh Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono.
Berikut ini adalah biografi singkat dari bapak K.R.T Radjiman Wedyodiningrat, sang ketua BPUPKI:
Biografi Ketua BPUPKI
dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T) Radjiman Wedyodiningrat adalah tokoh pendiri bangsa kelahiran Yogyakarta pada tanggal 21 April 1879. Ia termasuk keturunan kerabat dari keluarga Kesultanan Gowa, Sulawesi Selatan, dari garis Ayahnya yang bernama Sutodrono, sedangkan ibunya memiliki darah Gorontalo.
Pendidikannya bermula pada saat ia mengantarkan putr dr. Wahidin Soedirohoesodo ke sekolah. Ia seringkali ikut mendengarkan pelajaran yang diterangkan oleh guru meskipun dari jendela. Seorang guru Belanda memperhatikan tingkah Radjiman, kemudian menawarinya untuk ikut bersekolah.
Kegiatan belajarnya di sekolah Belanda tersebut berlangsung sampai ia menginjak usia 20 tahun, dan berhasil mendapatkan gelar dokter. Di usia 24 tahun, dr. Radjiman telah mendapat gelar Master of Art. Radjiman juga melanjutkan pendidikannya di luar negeri, negara-negara yang pernah menjadi tempatnya menimba ilmu adalah Belanda, Inggris, Amerika, dan Prancis.
Ilmu kedokteran dipilihnya berangkat dari keprihatian melihat kondisi masyarakat Ngawi pada saat itu yang sedang dilanda wabah penyakit pes. Banyak warga Ngawi yang meninggal dunia karena wabah tersebut. Sejak tahun 1934, ia memilih menetap di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi.
Ia juga mendalami ilmu kandungan untuk agar bisa menyelamatkan generasi kedepan. Saat itu, banyak ibu-ibu yang meninggal dunia karena melahirkan.
Radjiman Wedyodiningrat pernah menjadi ketua organisasi ini pada tahun 1914-1915. Di saat memimpin Budi Utomo, beliau mengusulkan pembentukan milisi rakyat di setiap daerah di Indonesia, semacam tentara rakyat. Usulan ini sulit diterima oleh Belanda dan sebagai gantinya dibentuklah Volksraad (dewan rakyat) dan dr. Radjiman masuk di dalamnya sebagai wakil dari Boedi Oetomo.
Pertanyaan ini dijawab oleh para anggota BPUPKI, tiga tokoh yang paling dicatat oleh sejarah adalah Moh. Yamin, Soepomo, dan Soekarno. Pemaparan yang paling berkesan bagi Radjiman adalah uraian Soekarno tentang Pancasila. Beliau kemudian menulisnya dalam sebuah pengantar penerbitan buku Pancasila yang pertama pada tahun 1948.
Dokumen itu tersimpan di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi. Temuan dokumen tersebut menjadi sejarah baru bagi bangsa Indonesia yang menegaskan fakta bahwa Soekarno adalah pencetus Pancasila.
Pada tanggal 9 Agustus 1945, dr. Radjiman membawa Soekarno dan Moh. Hatta ke Saigon dan Da Lat untuk bertemu dengan pimpinan tentara Jepang wilayah Asia Timur Raya. Pertemuan itu membicarakan hal-hal yang terkait dengan pengeboman Hiroshima dan Nagasaki yang menyebabkan Jepang berencana menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Ketiga tokoh tersebut menyadari bahwa akan terjadi kekosongan kekuasan di Indonesia.
Berdasarkan seluruh uraian di atas, maka bisa kita lihat bersama peran besar dr. Radjiman Wedyodiningrat terhadap kemerdekaan Indonesia. Ia memberikan banyak kontribusi baik sebelum, maupun sesudah kemerdekaan. Beliau juga pernah menjadi anggota DPA, KNIP, dan pemimpin sidang DPR pertama ketika Indonesia kembali menjadi negara kesatuan dari RIS.
dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T) Radjiman Wedyodiningrat meninggal pada tanggal 20 September 1952, di Ngawi, Jawa Timur pada usia 73 tahun. Beliau di makamkan di Sleman, dalam komplek Makam Pahlawan Dr. Wahidin Soedirohoesodo.
Demikianlah penjelasan tentang Ketua BPUPKI. Bagikan materi ini agar orang lain juga bisa membacanya. Terima kasih, semoga bermanfaat.
Pendidikannya bermula pada saat ia mengantarkan putr dr. Wahidin Soedirohoesodo ke sekolah. Ia seringkali ikut mendengarkan pelajaran yang diterangkan oleh guru meskipun dari jendela. Seorang guru Belanda memperhatikan tingkah Radjiman, kemudian menawarinya untuk ikut bersekolah.
Kegiatan belajarnya di sekolah Belanda tersebut berlangsung sampai ia menginjak usia 20 tahun, dan berhasil mendapatkan gelar dokter. Di usia 24 tahun, dr. Radjiman telah mendapat gelar Master of Art. Radjiman juga melanjutkan pendidikannya di luar negeri, negara-negara yang pernah menjadi tempatnya menimba ilmu adalah Belanda, Inggris, Amerika, dan Prancis.
Ilmu kedokteran dipilihnya berangkat dari keprihatian melihat kondisi masyarakat Ngawi pada saat itu yang sedang dilanda wabah penyakit pes. Banyak warga Ngawi yang meninggal dunia karena wabah tersebut. Sejak tahun 1934, ia memilih menetap di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi.
Ia juga mendalami ilmu kandungan untuk agar bisa menyelamatkan generasi kedepan. Saat itu, banyak ibu-ibu yang meninggal dunia karena melahirkan.
Mendirikan Boedi Oetomo
dr. Radjiman Wedyodiningrat juga tercatat sebagai salah satu pendiri organisasi Boedi Oetomo, sebuah organisasi pemuda pada tanggal 20 Mei 1908. Organisasi ini dianggap sebagai tonggak awal gerakan mencapai kemerdekaan Indonesia. Karena itu pula, tanggal berdirinya Boedi Oetomo ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional.Radjiman Wedyodiningrat pernah menjadi ketua organisasi ini pada tahun 1914-1915. Di saat memimpin Budi Utomo, beliau mengusulkan pembentukan milisi rakyat di setiap daerah di Indonesia, semacam tentara rakyat. Usulan ini sulit diterima oleh Belanda dan sebagai gantinya dibentuklah Volksraad (dewan rakyat) dan dr. Radjiman masuk di dalamnya sebagai wakil dari Boedi Oetomo.
Menjadi Ketua BPUPKI
Dalam perjalanan sejarah menuju kemerdekaan Indonesia, dibentuklah BPUPKI untuk menyelidiki, mempelajari, dan mempersiapkan hal-hal yang berhubungan dengan Indonesia merdeka. dr. Radjiman Wedyodiningrat dipilih menjadi ketua badan itu. Pada sidang pertama BPUPKI tanggal 29 Mei 1945, beliau mengajukan pertanyaan kepada para anggota BPUPKI: "apa dasar negara Indonesia jika kelak merdeka?"Pertanyaan ini dijawab oleh para anggota BPUPKI, tiga tokoh yang paling dicatat oleh sejarah adalah Moh. Yamin, Soepomo, dan Soekarno. Pemaparan yang paling berkesan bagi Radjiman adalah uraian Soekarno tentang Pancasila. Beliau kemudian menulisnya dalam sebuah pengantar penerbitan buku Pancasila yang pertama pada tahun 1948.
Dokumen itu tersimpan di Desa Dirgo, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi. Temuan dokumen tersebut menjadi sejarah baru bagi bangsa Indonesia yang menegaskan fakta bahwa Soekarno adalah pencetus Pancasila.
Pada tanggal 9 Agustus 1945, dr. Radjiman membawa Soekarno dan Moh. Hatta ke Saigon dan Da Lat untuk bertemu dengan pimpinan tentara Jepang wilayah Asia Timur Raya. Pertemuan itu membicarakan hal-hal yang terkait dengan pengeboman Hiroshima dan Nagasaki yang menyebabkan Jepang berencana menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Ketiga tokoh tersebut menyadari bahwa akan terjadi kekosongan kekuasan di Indonesia.
Berdasarkan seluruh uraian di atas, maka bisa kita lihat bersama peran besar dr. Radjiman Wedyodiningrat terhadap kemerdekaan Indonesia. Ia memberikan banyak kontribusi baik sebelum, maupun sesudah kemerdekaan. Beliau juga pernah menjadi anggota DPA, KNIP, dan pemimpin sidang DPR pertama ketika Indonesia kembali menjadi negara kesatuan dari RIS.
dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T) Radjiman Wedyodiningrat meninggal pada tanggal 20 September 1952, di Ngawi, Jawa Timur pada usia 73 tahun. Beliau di makamkan di Sleman, dalam komplek Makam Pahlawan Dr. Wahidin Soedirohoesodo.
Demikianlah penjelasan tentang Ketua BPUPKI. Bagikan materi ini agar orang lain juga bisa membacanya. Terima kasih, semoga bermanfaat.
0 komentar:
Post a Comment